“Jangan jadikan senjata sebagai wibawa tapi gunakan wibawa sebagai senjata.”
Kalimat
bijak diatas mengajak seluruh anggota Kepolisian Negara RI (Polri)
untuk menjadi polisi yang meliliki wibawa yang dapat digunakan sebagai
senjata dalam melaksanakan tugas – tugas kepolisian. Dalam hal ini
kewibawaan merupakan faktor utama. Kewibawaan dengan sendirinnya akan
melekat didalam diri seorang polisi bila ia berplrilaku sebagai polisi
dan sebagai anggota masyarakat yang baik.
Sejak
bergulirnya era reformasi, kewibawaan polisi merupakan hal yang sulit
diperoleh. Sikap arogan polisi pada masa Orde Baru menjadi pokok
masalah. Tuduhan, kritikan, dan keluhanyang dilontarkan masyarakat
datang bertubi – tubi. Yang dipersoalkan adalah kinerja
polisi.Menghadapi kenyataan ini, berbagai upaya untuk berbenah diri
telah dilakukan, termasuk mengubah pola militeristik polri dan
menerapkan paradigma baru Polri : dari sebagai penguasa
menjadi pelayan masyarakat.
Era
reformasi membawa perubahan hampir disegala bidang. Dan pada masa
globalisasi ini perubahan pada satu sektor akan berdampak pada sektor
lain. Perubahan yang terjadi pada satu tempat membawa dampak perubahan
di tempat lain termasuk di Nusa Tenggara Timur. Perubahan pertumbuhan
penduduk dan laju pembangunan di NTT akan di ikuti dengan meningkatnya
ancaman dan gangguan kamtibmas. Untuk itu, kepolisian daerah NTT (Polda
NTT), sebagai institusi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap
berbagai permasalahan kamtibmas harus pula mengikuti perubahan yang
terjadi. Pembinaan terhadap personil dan materil harus dilaksanakan.
Kemampuan dan keterapilan harus ditingkatkan dan tidak kalah pentingnya
adalah penggunaan Iptek yang harus diperdayakan.
Berbicara
tentang perubahan, institusi kepolisian di NTT yang sekarang
tingkatannya adalah polda tipe ‘B’ tidak serta merta ada, tetapi melalui
proses sejarah yang panjang.Untuk menelusuri sejarah terbentuknya Polda
NTT adalah tidak mudah. Terbatasnya data dan sulitnya memperoleh
dokumen menjadi kendala utama. Meskipun demikian, kami tetap berupaya
keras agar sejarah terbebtuknya Polda NTT dapat dibekukan. Naskah
singkat dan sederhana yang kami sajikan ini barulah langkah awal.
Harapan kami, pekerjaan ini dapat diteruskan dan diselesaikan walaupun
membutuhkan waktu dan tenaga. Organisasi penulisannaskah ini disusun
secara kronoligis, yaitu berdasarkan urut – urutan waktu. Dan kami
memulainya dari masa setelah proklamasi dimana pada masa itu lahir cikal
bakal Polri.
SETELAH PROKLAMASI ( 1945 – 1950 )
Berita
proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, tidak sampai ke NTT.
Berita proklamasi secara jelas baru diketahui pada tanggal 11 September
1945. Namun, runtuhnya kekuasaan jepang di NTT tidak memberi kesempatan
bagi tumbunya kekuatan militer di NTT, sebab pada saat itu pada bulan
september NICA telah masuk NTT dan dengan cepat pemerintahan Belanda
mengambil ahli kekuasaan dari pemerintahan jepang.
Dengan berakhirnya masa pendudukan militer
Jepang, secara otomatis lembaga kepolisian bentukan Jepang pada saat
itu – Keisatsutai (polisi) dan Tokubetsu Keisatsutai (poisi istimewa)
dibubarkan. Selanjutnya pemerintah Belanda membentuk lembaga kepolisisan
bernama Kepolisian Daerah untuk tiap – tiap Keresidenan. Untuk
Keresidenan Timor dibentuklah Kepolisian Daerah Timor yang berkantor di
Bakunase. Anggotanya terdiri dari para bekas KNIL dan hasil rekrut dari
polisi Holandia di Irian dan dari sekolah polisi Sulawesi dan Sukabumi.
Pada masa pendudukan Belanda, sistim pemrintah di NTT dikembalikan pada struktur pemerintahan
penjajahan Belanda sebelum Jepang masuk. Pada masa itu NTT hanya
berbentuk Keresidenan yang bernama Keresidenan Timor. Keresidenan Timor
membawahi tiga Afdeeling yaitu Afdeeling Timor dan kepulauannya
(berkedudukan di Kupang), Afdeeling Flores (berkedudukan di Ende), Afdeeling Sumba (berkedudukan di Waingapu). Pusat keresidenan berada di Kupang berada dibawah pimpinan seorang Residen.
Berdasarkan
ketetapan yang dirumuskan dalam suatu konferensi di Denpasar (24
Desember 1946), dibentukalah negara Indonesia Timur (NIT) pada tahun
1947 yang terdiri dari 14 daerah di Indonesia bagian Timur :Bali,
Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Timor, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Utara, Minahasa, Sangihe – talaud, Maluku Utara, Maluku
Selatan dan Irian barat.
Pada
tahun 1947 dan 1948 Belanda melakukan serangan umum terhadapa wilayah
RI. Tujuannya adlah merebut daerah – daerah yang masih dikuasai oleh RI.
Serangan umum yang dilancarkan Belanda ini dikenal dengan nama Agresi
militer I (21 Juli 1947) dan Agresi militer II (19 Desember 1948). Dua
Agresi militer Belanda terhadap RI saat itu tidak membawa dampak apa –
apa terhadap NIT khususnya terhadap kesatuan keopolisian di Keresidenan
Timor. Pada masa itu, Keresidenan Timor dan seluruh wilayah NIT sudah
berada dibawah pemerintahan
MASA RIS
Pada
tanggal 27 Desember 1949 Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI)
diubah menjadi Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada masa itu
NIT menjadi bagian RIS. Dengan adanya pemerintahan RIS di satu pihak dan pemerintahan
Negara bagian di lain pihak, maka terdapat pula dua lembaga kepolisian
yaitu Polisi RIS dan Polisi Negara Bagian. Dan di NIT lembaga
kepolisiannya adalah Polisi Negara Indonesia Timor. Pada masa RIS ,
Kepolisian Daerah Timor dibawahi oleh Jawatan Kepolisian Negara
Indonesia Timor.
KP Kom NTT
Setelah
kembali menjadi NKRI, tahun 1950, Negara Indonesia Timor ditiadakan.
Pada tahun 1951 Keresidenan Timor dan beberapa daerah lain yakni Bali,
Lombok, Sumbawa, dan Sumba membentuk propinsi Sunda Kecil dengan lembaga
Kepolisian Propinsi Sunda Kecil yang berkeduduksn di Singaraja Bali.
Kepolisian Provinsi Sunda Kecil membawahi kepolisian daerah Bali,
kepolisian daerah Lombok, keoplisian daerah Sumbawa dan Sumba,
kepolisian daerah flores dan kepolisian daerah Timor. Dan sebagai Kepala
Kepolisian Daerah Timor yang pertama dijabat oleh Komisaris Polisi
Kelas II Titus Uly (1951-1952).
Pada
tahun 1952, lembaga kepolisian diwilayah ini diubah menjadi KP Kom NTT
(Kantor Kepolisian Komisariat). Sebagai pejabat pertama yang memimpin KP
Kom NTT adalah Komisaris Polisi Kelas I Moerhadi Danu Wilogo
(1952-1955). Belum lama Wilogo menjabat sebagai KP Kom NTT. Kepemimpinan
NTT diteruskan oleh Komisaris Polisi Ida Bagus Mahadewa (1955-1957).
Dan sejak tahun 1957 s.d 1961 KP Kom dijabat oleh Komisaris Besar Polisi
W.Roesman.
Berkenaan
dengan suhu politik Nasional yang saat itu sedang memanas, kebutuhan
adanya kesatuan pemukul Mobrig (sekarang disebut Brimob) mulai
dirasakan. Oleh karna itu pada tanggal 11 Juni 1951 dibentuklah 1
Peleton (saat itu satuan Peleton disebut Seksi) Mobrig cadangan Timor
yang menginduk pada Kompi 5214 Denpasar. Peleton cadangan Timor ini
dipimpin oleh Komandan Peleton (Danton yang bernama Inspektur Polisi
Kelas II D.Endun (1951-1954).
Pada
awal dibentuknya Peleton Mobrig ini terdiri dari 65 orang personil
kedudukannya dikantor Kepolisian Daerah Timor Kupang. Baru pada tahun
1954 mulai dibangun markas Mobrig di Pasir Panjang. Pada saat
pembangunan markas Mobrig ini, Peleton cadangan Timor di komandani oleh
Inspektur Polisi Kelas II Abdul Rajak (1954-1960).
Pada tahun 1956, Peleton Mobirg pada saat itu sudah berganti nama dengan Peleton 5486, dikirim keaceh untuk melaksanakan operasi
penumpasan DI / TII. Pada tahun 1958, sejalan dengan pembentukan
provinsi NTT dan perubahan nama lembaga kepolisian di NTT, Peleton 5486
dikembangkan menjasi kesatuan setingkat kompi, yaitu Kompi 5486.
Selanjutnya, tahun 1960 Kompi 5486 berubah menjadi Kompi B Yon 414.
Sebagai komandan kompinya (Danki) adalah Inspektur Polisi Kelas II
J.Sampe.
Antara
tahun 1958 s.d 1961, KP Kom NTT belum memiliki Rumah Sakit. Pada saat
itu pelayanan kesehatan untuk anggota Polri dilakukan dengan rawat jalan
yang dilayani oleh sebuah poliklinik sederhana bertempat di Kesatrian
Lasikode. Baru pada tanggal 3 Juli
1967 diresmikan sebuah bagunan Rumah Sakit yang diberi nama Rumah Sakit Bayangkara (RSB). Gedung RSB
yang hingga kini masih berdiri ini, dulunya adalah bekas gedung
telekomunikasi. (berikut ini adalah nama-nama dokter yang pernah
menjabat sebagai Kepala RSB : Komisaris TK II Dr.Widodo Darmohusodo,
Mayor Pol. Dr. Hanjaya Tedjasudana, Mayor pol.Dr. I Gede Saputra, Kapten
Pol. Dr. Agus Mulyono, Kapten Pol. Dr. Sugeng Prapto, Lettu pol. Dr.
Priyo Sunarto, AKP. Dr.Hadi Sulistyanto, Kom.Pol. Dr. Rusdianto). Sejak
terbentuknya Polda NTT, RSB merupakan dinas kedokteran dan kesehatan
(Dis Dokkes) yang dipimpin oleh seorang kepala atau Kadis Dokkes yaitu
AKBP. Dr. Agus Sriyono.
Untuk menanggulangi kebutuhan jumlah personil Polri
NTT yang saat itu masih sangat sedikit, pada tahun 1960 di dirikanlah
Sekolah Kepolisian yang berkedudukan di Kupang. Dalam masa
perkembangannya, Sekolah Kepolisian di NTT ini mengalami beberapa kali
perubahan nama. Pada awal berdirinya, Sekolah Polisi di NTT bernama SPN
(Sekolah Kepolisian Negara) Kupang. Tahun 1961 diubah namaya menjadi SAK
(Sekolah Angkatan Kepolisian). Tahun 1965 SAK diubah menjadi DEPLAT –
017 (Depo Pendidikan dan Pelatihan). Tahun 1974, DEPLAT-017 diubah
menjadi DODIKLAT 15-3 Kupang. Tahun 1980 berubah lagi menjadi DODIKLAT
011-2 Kupang. Tahun 1985 (sampai sekarang) nama DODIKLAT 011-2 diubah
lagi dan kembali menggunakan nama SPN Kupang. Sebagai Kepala atau Ka SPN
terakhir, sekarang dijabat oleh AKBP.Drs.
Kurnia Suratno S. (berikut ini adalah nama-nama yang pernah menjabat
sebagai Ka SPN Kupang : AKBP Drs.Rej Sahelangi, AKBP R.Toekirman,
Kom.Pol. Drs T.W.Daeng, Letkol.Pol. Drs I Wayan Negara, Mayor Pol.
N.A.Sodakh,BA, Letkol Pol. Drs Koentjoro D, Letkol Pol. Drs.
R.Mardjatmo, Letkol Pol. P.L.Gasperz, Letkol Pol. Soegiman TD, Letkol
Pol. D.U.Sitohang, Smik, Letkol Pol. Drs.FX.Ahmad,SH., Letkol Pol.
Samuel Lukas,Smik, Letkol Pol. Drs. Djoko Poerwono, dan terakhir AKBP.
Drs. Kurnia Suratno S).
KOMDAK XVII NTT
Pada
tahun 1961 Kp Kom NTT diubah menjadi Komando Daerah Kepolisian atau
Komdak XVII NTT. Sebagai Panglima Daerah Kepolisian (PANGDAK) yang
pertama dijabat oleh Komisaris Besar Polisi Drs.R.Ostenriyk
Tjitrosunarjo (1961-1963). Selanjutnya jabatan PANGDAK dipegang oleh
Kombes Pol. Drs. Goebada (1963-1965). Kepemimpinan Komdak XVII
dilanjutkan oleh Kombes Pol. Drs R.Hardono (1965-1968) yang saat itu
sekaligus menjabat sebagai Papelrada (Panglima Pengawas Pelaksana
Pengendali Daerah). Jabatan Papelrada ini dijabat oleh Hardono
sehubungan dengan terjadinya peristiwa G 30 S PKI (1965).
Pada
tahun 1967, Hardono digantikan oleh Kombes Pol. Drs Soehasono
(1968-1972). Selanjutnyanpimpinan Komdak XVII NTT ditutup oleh Pangdak
Kombes Pol. Drs. Husein Ganda Subrata (1972-1974).
Pada
tahun 1961 Kompi Mobrig 5486, dibawah pimpinan Danki Inspektur Polisi
Kelas II J.Sampe, dikirim ke Palopo – Sulawesi Selatan untuk
melaksanakan operasi penumpasan pemberontakan Kahar Muzakar. Pada tahun 1962 Mobrig (Mobile Brigade) diubah menjadi Brimob (Brigade Mobile).
Pada tahun 1965 s.d 1966 dibawah komando Pangdak Kombes Pol. Drs Hardono yang saat itu juga menjabat sebagai Papelrada
Anggota Komando Daerah Kepolisian NTT termasuk Kompi Brimob yang
Dankinya saat itu adalah Kapten Pol. P.L.Gasprez (1965-1974) turut aktif
melaksakan operasi penumpasan terhadap pemberontakan G 30 S PKI di NTT.
KOMTARRES NTT
Pada
tahun 1974 Komdak XVII NTT dilebur lagi bersama dengan Kmdak XVI Lombok
kedalam Komdak XV Bali. Yang berkedudukan di Denpasar . Validasi tiga
Komdak di NTT,NTB dan Bali menjadi satu yaitu Komdak XV ini diikuti
dengan perubahan kesatuan
dibawahnya yaitu Komdak XVII NTT yang diubah namanya menjadi Komtarres
NTT (Komando Antar Resort NTT). Komtarres NTT dipimpin oleh pejabat yang
disebit Dantarres. Dantarres pertama adalah Kolonel Pol. Leatemea
(1974-1976).
Sejalan
dengan perubahan Komdak XVII menjadi Komtarres NTT yang menginduk
kepada Komdak XV (Bali), terjadi penyesuaian dalam tubuh Brimob. Kompi
Brimob yang saat itu bernama Kompi B Yon 414 diubah namanya menjadi
Kompi Dak XV-34 Kupang. Sebagai Dnkinya dijabat oleh Kapten Pol. Utomo
(1974-1977).
Apada
masa menjelang TIM TIM berintegrasi masuk menjadi NKRI, jajaran
Kepolisian Komtarres NTT, termasuk Kompi Dak XV – 34 Kupang ikut andil
dalam mengamankan wilayah perbatasan Timor Timur – Timor Barat. (Berikut
adalah nama-nama yang pernah menjabat sebagai Komandan Kompi Dak XV –
34 Kupang : Kapten Pol. Utomo, Lettu pol.Sudaryanto, Lettu Pol.Khaidir
Salim, Letda Pol.Beku Diaz, Lettu Pol. I Made Ritik, Lettu Pol. Irwanto,
Lettu Pol.Setiyo Budi, Lettu Pol. Prio Munjinat, Lettu Pol.Abdul Fitri,
Lettu Pol.Beni Rudy, dan Kapten Pol.Geradus Bata Besu.)
KOWIL 112 NTT
Perubahan
bentuk dari Komtarres menjadi Kowil 112 NTT terjadi pada tahun 1976,
yakni berkaitan dengan terjadinya perubahan dari Komdak XV yang
berkedudukan di Denpasar berubah statusnya menjadi Polda Nusa Tenggara
yang kedudukannya tetap di Denpasar. Pejabat yang memimpinnya disebut
Danwil. Sebagai Danwil pertama adalah Kolonel Polisi Drs.FX.Judhomo
(1976-1978). Kepemimpinan Kowil NTT selanjutnya dijabat oleh Kolonel
Polisi FX. Soejodono (1978-1981) dan dari tahun 1981 s.d 1985, Kowil 112
NTT dipimpin oleh Pol.Drs. Suherman.
POLWIL NTT
Pada tahun 1985, Kowil 112 NTT diubah namanya menjadi POLWIL NTT pejabat
yang memimpinnya disebut Kapolwil. Selama masa orientasi Polwil
(1985-1996) telah terjadi enam kali pergantian Kapolwil berikut adalah
nama Kapolwil yang pernah menjabat Polda NTT setelah Muhamad Zein.
Mereka adalah Kol Pol. Drs. Yusar Hasan (1986-1988), Kol Pol. Drs. FX.
Sutopo (1988-1990), Kol Pol. Drs. I Made Dharta (1990-1992), Kol Pol.
Drs.Feri Mailensun (1992-1994), Kol Pol. Drs. FX.Luntungan (1994-1995)
dan Kol Pol. Drs. Trimada Dhani (1995-1996).
POLDA NTT
Pada
tahun 1996, tepatnya tanggal 26 September Polda Nusra dilikuidasi
menjadi empat Polda yaitu Polda Bali, Polda NTB, Polda NTT, dan Polda
Tim Tim. Dengan adanya likuidasi Polda Nusra maka lembaga Kepolisian di
NTT terjadi perubahan status dari Polwil menjadi Polda tipe C. Sebagai
Kapolda pertama dijabat oleh mantan Kapolwil NTT yaitu Kol Pol. Drs.
Trimada Dhani.
Trimada
Dhani menjabat sebagai Kapolda NTT selama satu tahun yakni dari bulan
September 1996 s.d Agustus 1997. Selanjutnya tongkat kepemimpinan Polda
diteruska oleh Kol Pol. Drs. Sawal Hariyadi (Agustus 1997- April 1998),
Kol Pol.Drs.Engkesman R.Hilep (April 1998-Februari 1999), dan terakhir
dijabat oleh Kol Pol. Jusuf Sudradjat,S.sos (Februari 1999- Juni 2000.
Setahun
setelah TimTim lepas dari NKRI (Agustus 1999), tepatnya pada bulan
Oktober 2000 Polda yang saat itu bertipe ‘C’ dinaikan statusnya menjadi
‘B’. Sejalan dengan peningkatan status ini kepangkatan Kapolda dari
Kolonel menjadi Brigadir Jendral. Dengan demikian Kapolda saat itu yaitu
Kolonel Polisi Jusuf Sudradjat yang saat itu berpangkat Kolonel
dinaikkan pangkatnya satu tingkat menjadi Brigadir Jendral.
Belum genap setahun menjabat sebagai Kapolda NTT bertipe ‘B’ Jusuf Sudradjat digantikan oleh Brig Pol. Drs. John Lalo,Msc. (Juni
2000 – Oktober 2000) selanjutnya tongkat kepemimpinan Polda NTT
dipegang oleh Brig Pol. Drs. Made M. Pastika (Oktober 2000 – Januari
2001. Kemudian dari bulan Januari 2001 tepatnya tanggal 23 Januari 2001
sampai sekarang kepemimpinan Polda NTT dijabat oleh Brigjen Pol. Drs.
Y.Jacki Uly.
Mengikuti
perubahan yang terjadi , yaitu likuidasi Polda Nusra dan terbentuknya
Polda NTT, pada tahun 1997 Kompi Brimob dikembangkan statusnya menjadi
Sat Brimob yang membawahi empat Kompi. Sebagai komandan yang satunya
dijabat oleh Mayor Pol. Drs. Budi Astomo (1997 – 1998). Pada tahun 1998
s.d 1999, Sat Brimob dikomandani oleh PLH yakni Letnan Kolonel Polisi
Drs. Ismail Ernawi (Kadit Samapta). Selanjutnya Wadansat Brimob saat
itu, Mayor Pol.Drs. Moch Badrun naik menggantikan Ernawi. Setelah Moch
Badrun, jabatan Dansat Brimob dipegang oleh mayor Pol. Bimo Geru Dhahono
(1999-2000).
Berkaitan
dengan perubahan status Polda NTT dari tipe C ke tipe B pada tahun 2000
Sar Brimob dikembangkan menjadi 2 Batalyon (membawahi 10 kompi) yaitu
Batalyon A berkedudukan di Kupang dan Batalyon B berkedudukan di Maumere. Sebagai Dansatnya adalah AKBP Pol. Drs. FX. ABD Rakhman Baso.
Perubahan
status lembaga kepolisian NTT dari Polwil menjadi Polda tipe C kemudian
berkembang lagi menjadi tipe B didasarkan pada pertimbangan atas
meningkatnya ancaman dan gangguan kamtibmas sebagai dampak ikutan dari
laju pembangunan.
Untuk
mengantisipasi permasalahan kamtibmas di wilayah perairan Polda NTT,
dibentuklah Sat Polairud pada bulan september 1997. Pada saat itu, Sat
Polairud di bawah Direktorat Samapta Polda NTT. Dan sebagai Kepala
Kesatuannya (Kasat) adalah Kapten Pol. Simon Pais. Kaoplda NTT saat itu, Brigjen Pol. Jusuf Sudradjat,S.Sos meresmikan Mako
Polairud yang terletak di
Pasir Panjang. Sebagai Dansatnya adalah Letnan Kolonel Polisi E.D.
Kalumbang (Maret 2000 – Desember 2000). Kemudian sejak bulan April 2001
sampai sekarang, Komandan Sat Polairud dijabat Oleh AKBP Oktavianus Pah.
Perubahan
status Polda dari tipe C menjadi tipe menjadi tipe B merupakan
pekerjaan yang cukup berat mengingat sangat terbatasnya sumber daya yang
ada. Dengan demikian, hal ini harus dilaksanakan secara bertahap untuk
penuntasannya. Pembentukan Polda NTT sudah barang tentu akan menuntut
berbagai kesiapan dan perencanaan yang akurat dan berlanjut, baik yang
menyangkut aspek personil maupun aspek material dan fasilitas lainnya
seperti kantor, perumahan, kendaraan, dan sarana komunikasi yang dapat
menunjang pelaksanaan tugas – tugas Kepolisian.
Nama Pejabat Yang Pernah Menjabat Sebagai Pimpinan Polri di NTT
No NAMA PANGKAT KETERANGAN PERIODE
1 Titus Uly Kom pol TK II Kepala Polisi Daerah Timor 1951 - 1952
2 Drs Moerhadi Danoewilogo Kom pol TK I Kepala Polisi Komisariat NTT 1952 - 1955
3 Ida Bagus Mahadewa Kom Pol TK II Pj. Kepala Polisi Komisariat NTT 1955 - 1957
4 W. Roesman Kombes Pol Pj. Kepala Polisi Komisariat NTT 1957 - 1961
5 Drs. R. Oostenrijk Tjitro Soenarjo Kombes Pol Pangdak XVII NTT 1961 – 1963
6 Drs. Goerbada Kombes Pol Pangdak XVII NTT 1963 - 1965
7 Drs. R. Hardono Kombes Pol Pangdak XVII NTT 1965 – 1969
8 Drs. R. Soeharsono Kombes Pol Kadapol XVII NTT 1969 – 1972
9 Drs. Husein Gnda Subrata Kolonel Polisi Kadapol XVII NTT 1972 – 1974
No NAMA PANGKAT KETERANGAN PERIODE
10 Leatimea Kolonel Polisi Dantares NTT 1974 – 1976
11 Drs. FX. Judhono Kolonel Polisi Danwil NTT 1976 – 1978
12 Drs. Soejoedono Kolonel Polisi Danwil NTT 1978 – 1981
13 Seherman Kolonel Polisi Kapolwil NTT 1981 – 1985
14 Drs. Muhanad Zein Kolonel Polisi Kapolwil NTT 1985 – 1986
15 Drs. Yusar Hasan Kolonel Polisi Kapolwil NTT 1986 – 1988
16 Drs. F .X. Soetopo Kolonel Polisi Kapolwil NTT 1988 – 1990
17 Drs. I Made Dartha Kolonel Polisi Kapolwil NTT 1990 – 1992
18 Drs. F. Mailesun Kolonel Polisi Kapolwil NTT 1992 – 1994
19 Drs. F.X. Luntungan Kolonel Polisi Kapolwil NTT 1994 – 1995
20 Drs. Tri Mada Dani Kolonel Polisi Kapolwil NTT / Kapolda NTT 1995 – 1997
21 Drs. Syawal Hariadi Kolonel Polisi Kapolda NTT 1997 – 1998
22 Drs. Engkesman Kolonel Polisi Kapolda NTT 1998 – 1999
23 Jusuf Sudrajdat,S.Sos. Kol Polisi / Brigjen Polisi Kapolda NTT 1999 - 2000
24 Drs. John Lalo,Msc Brigjen Polisi Kapolda NTT 2000 – 2000
25 Drs. Made M. Pastika Brigjen Polisi Kapolda NTT 2000 – 2001
26 Drs. Y. Jacki Uly Brigjen Polisi Kapolda NTT 2001 - 2002
27 Drs. E. Aritonang,MM Brigjen Polisi Kapolda NTT 2002 – 2005
28 Drs.R. B. Sadarum.SH Brigjen Polisi Kapolda NTT 2005 – 2008
29 Drs. A Bambang Suedi,MM.Mh Brigjen Polisi Kapolda NTT 2008 – 2010
30 Drs. Yorry Yance Worang Brigjen Polisi Kapolda NTT 2010 - 2011
31 Drs. Ricky Sitohang,SH Brigjen Polisi Kapolda NTT 2011 - 2013
32 Drs. Ketut Untung Yoga Brigjen Polisi Kapolda NTT 2013 - 2014
33 Drs. Endang Sunjaya,SH.MH Brigjen Polisi Kapolda NTT 2014 - sekarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar