Rabu, 17 Juni 2015

Jaga Suasana Bulan Puasa


Kapolda NTT, Brigjen Pol Drs Endang Sunjaya, SH MH meminta seluruh umat dan masyarakat NTT menjaga suasana bulan puasa dalam satu bulan kedepan.
Walau ada bulan puasa, polda NTT tidak menggelar operasi khusus atau razia tertentu.
Kapolda meyakini kalau masyarakat NTT adalah masyarakat yang memiliki toleransi yang sangat tinggi dalam keberagaman dan menghormati hari raya keagamaan yang ada.
Ditemui disela-sela pisah sambut Kapolres Kupang Kota dan Kapolres Sikka di aula rumah jabatan Kapolda NTT, Senin (15/6) siang, jenderal bintang satu ini menjamin keamanan dan kenyamanan selama bulan Ramadhan di wilayah NTT.
Orang nomor satu di jajaran Polda NTT ini berharap agar seluruh umat Muslim di NTT yang merayakan puasa dapat melaksanakan ibadah puasa dengan tertib dan lancar.
"Selamat berpuasa bagi seluruh umat muslim dengan harapan bisa menjalankan ibadah puasa dengan baik," ujar mantan Waka Polda Aceh ini.
Sementara bagi umat lain diharapkan bisa mengedepankan toleransi dan menghormati suasana puasa selama satu bulan penuh.
Kapolda meyakini bahwa kerukunan umat beragama di NTT sangat tinggi dan memiliki toleransi yang sudah terpelihara dengan baik.
"Kerukunan sangat erat sehingga semua pihak saling menjaga, dan harapan akan hal yang baik selama bulan puasa semoga di bulan puasa tercapai," tambah Kapolda NTT.
Kapolda berharap semua masyarakat terutama kaum muslim memiliki hati dan rohani bersih sehingga bisa melaksanakan puasa dengan baik.
Kapolda juga berharap adanya kerukunan beragama dan umat islam melaksanakan dengan baik.
Ditanya soal razia khusus selama bulan puasa, Kapolda mengakui kalau tidak ada razia namun Kapolda berharap agar semua pihak saling menghargai.
Namun demikian, Polda NTT tetap melakukan operasi rutin demi keamanan dan kenyamanan bulan puasa.
Soal kemungkinan adanya razia dari ormas tertentu dalam bulan puasa, Kapolda akan bertindak tegas.
"Mencegah jangan sampai ada hal yang dilakukan diluar aturan yang ada," ujar Kapolda NTT.
Jika ada masalah yang terjadi, Kapolda berharap jangan mengambil alih tugas kepolisian tetapi hendaknya dilaporkan ke polisi.
"Jika ada yang melakukan tindakan maka ditindak tegas sesuai aturan yang berlaku," tambah mantan Kapolres Jepara Polda Jawa Tengah ini.

Kamis, 11 Juni 2015

POLDA NTT MENYELENGGARAKAN EVENT OFFROAD TURANGGA KE - 69

 
     Kamis (11/6), Kapolda NTT Brigjen Pol Drs. Endang Sunjaya, S.H.,M.H membuka kegiatan otomotif bertajuk " Kompetisi Offroad Turangga Ke-69" di desa Osiloa Kec. Kupang Tengah Kabupaten Kupang dalam rangka menyambut HUT Bhayangkara Ke-69 yang jatuh pada tanggal 1 Juli 2015 mendatang.
   Bapak Kapolda NTT dalam sambutannya pada kegiatan kompetisi offroad yang diikuti 112 peserta dari 12 klub otomotif yang ada di Kupang dan Timor Tengah Selatan mengatakan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini telah menjadi destinasi wisata nasional bahkan internasional sehingga dengan diselenggarakannya event ini bisa menambah khasanah kepariwisataan yang telah ada sehingga secara tidak langsung juga mendukung pembangunan sektor pariwisata dan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 
   Event kompetisi offroad ini disamping merupakan salah satu terobosan dalam mendukung pariwisata di NTT , juga diharapkan dapat berdampak Positif pada peningkatan kualitas , profesionalisme dan pengalaman para offroader serta menjaring bibit-bibit unggul yang akan berprestasi di kancah nasional maupun internasional.
    Bapak Kapolda NTT dalam sambutannya juga menambahkan bahwa tidak lama lagi tepatnya tanggal 1 Juli 2015 jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia akan memasuki usianya yang ke-69 diusia yang terbilang sudah bukan muda lagi Polri dalam hal ini Polda NTT terus berbenah untuk menjadi lebih baik dalam memberikan perlindungan , pengayoman dan pelayanan guna mewujudkan keamanan , ketertiban dan keseimbangan pranata sosial dalam kehidupan bermasyarakat . 
     Sejalan dengan program pemerintah yaitu sebagai pelopor revolusi mental dan tertib sosial diruang publik, Polda NTT pada bulan September 2014 dan bulan Januari 2015 yang lalu telah meluncurkan program keselamatan berlalulintas dimana pilar ke-3  dalam program dekade aksi keselamatan berlalu lintas tersebut adalah perilaku pengguna jalan yang berkeselamatan , adapun korelasi dengan event ini bahwa kompetisi yang akan diikuti oleh para offroader bukan semata-mata mencari pemenang lomba tetapi juga memberi pesan moral khususnya para peserta lomba yaitu sebagai " Agent Of Change " atau menjadi agen perubahan di masyarakat terutam dalam bidang tertib lalu lintas . Seperti kita ketahui bersama bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia . Pada tahun 2014 di Provinsi NTT sendiri tercatat jumlah kecelakaan lalu lintas sebanyak 982 kejadian dimana korban meninggal dunia sebanyak 403 jiwa , luka berat 396 orang , luka ringan 970 orang dan kerugian material sebesar Rp. 4.021.570.000,- (empat milyar dua puluh satu juta lima ratus tujuh puluh ribu rupiah) , sedangkan untuk tahun ini sampai dengan bulan Mei 2015 tercatat jumlah kecelakaan lalu lintas sebanyak 4467 kejadian dimana korban meninggal dunia sebanyak 167 jiwa , luka berat 164 orang , luka ringan 494 orang dan kerugian material sebesar Rp. 1.599.300.000,- ( satu milyar lima ratus sembilan puluh sembilan juta tiga ratus ribu rupiah ) . untuk diketahui juga bahwa penyebab utama kecelakaan lalu lintas adalah faktor manusia dimana kesadaran masyarakat untuk tertib berlalu lintas masih sangat kurang.
     Dari beberapa hal tersebut diatas , Bapak Kapolda Menilai event ini sangat tepat diselenggarakan saat ini serta perlu diadakan secara konsisten dan berkelanjutan. Bahkan bila perlu dilaksanakan juga didaerah lain di NTT sehingga dapat memperbesar peluang lahirnya para Offroader yang berprestasi di tingkat Nasional Bahkan Internasional. Selain itu yang tidak kalah penting dan menjadi tantangan tersendiri bagi kita semua adalah bagaimana kita bisa menjadi pelopor keselamatan berlalu lintas demi keamanan , ketertiban dan kelancaran berlalu lintas . (gus)

Minggu, 07 Juni 2015

Bahaya Narkoba dan Jenis Macam Narkoba

Bahaya penyalahgunaan narkoba narkotika bagi kesehatan bagi generasi muda pelajar dan juga yang lainnya adalah tidak bisa dianggap sepele. Karena memang negara Indonesia kasus-kasus narkotika dan penyalahgunaan narkotika tidaklah sedikit dan korban narkotika ini juga banyak.

Narkoba atau kepanjangan singkatan kata dari Narkotika dan Obat Berbahaya. Di Indonesia istilah ini juga dikenal oleh masyarakat luas sebagai NAPZA atau juga kepanjangan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif ini banyak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.

Dan juga untuk kepentingan bisnis narkoba yang sangat merugikan kehidupan generasi-generasi muda penerus bangsa Indonesia ini.


Bahaya Penyalahgunaan Narkoba

Bahaya Narkotika Bagi Kesehatan


Menurut WHO yang dimaksud dengan pengertian definisi narkoba adalah merupakan suatu zat yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi fungsi fisik dan atau psikologi (kecuali makanan, air, atau oksigen).

Sedangkan pengertian narkotika menurut Undang-Undang no 27 bahwa narkoba atau narkotika yang dimaksud ini adalah suatu zat atau pun obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis.

Efek dampak penggunaan narkoba bisa dalam bentuk sebagai berikut :
  1. Menyebabkan penurunan atau pun perubahan kesadaran.
  2. Menghilangkan rasa.
  3. Mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri.
  4. Menimbulkan ketergantungan / adiktif (kecanduan).
Bahaya narkotika untuk kesehatan yang terberat adalah efek ketergantungan obat nya itu sendiri. Karena dengan efek buruk yang ditimbulkan bagi para pecandu narkoba adalah keinginan untuk selalu memakainya secara berulang.

Bila tidak memakainya kembali akan ada rasa sakit yang dialami para penderita dengan ketergantungan narkotika narkoba ini.

Macam Jenis Narkoba


Banyak macam ragam bentuk dan jenis dari obat-obatan terlarang ini. Berikut beberapa jenis narkotika dan efek penggunaan antara lain adalah sebagai berikut :

Morpin
Jenis obat narkotika ini adalah zat aktif yang diperoleh dari candu melalui pengolahan secara kimia. Cara penggunaannya adalaah melalui disuntikkan ke dalam tubuh (injeksi).

Opium (Candu)
atau biasa dikenal dengan opiate. Opium merupakan candu kasar atau mentah yanmg didapat dari getah buah tanaman papaver samniterum yang dihisap / digores dan di biarkan mengering. Opium merupakan golongan narkotika alami yang sering digunakan dengan cara dihisap.

Macam Jenis Narkoba

Kanabis (Ganja)
Inilah yang seringkali menjadi kasus narkoba yang paling banyak diberitakan dan menyerang semua kalangan di masyarakat kita. Ganja adalah merupakan jenis tanaman kanabis yang biasanya dipotong, dikeringkan, dipotong kecil – kecil dan digulung untuk dijadikan rokok yang disebut joints.

Putaw Heroin
Golongan narkoba sejenis ini akan lebih mudah menembus otak sehingga lebih kuat dari morfin itu sendiri.

Berikut pembagian golongan jenis narkotika berdasarkan informasi yang dilansir dari website BNN (Badan Narkotika Nasional) Republik Indonesia di www.bnn.go.id antara lain adalah :
Cannabis
  • Marijuana (herbal)
  • Hashish (resin)
  • Lain-lain
Opioid
  • Heroin
  • Opium
Cocain
  • Powder
  • Crack
Amphetamine
  • Amphetamine
  • Methamphetamine
  • Ecstasy type
Sedative & Transquilizer
  • Barbiturate
  • Benzodiazepine
Hallucinogens
  • LSD
  • Ketamine
Solvents & Inhalants

Dampak Pengaruh Narkoba Bagi Kesehatan


Narkotika dan obat terlarang serta zat adiktif / psikotropika dapat menyebabkan efek dan dampak negatif bagi pemakainya. Dampak yang negatif itu sudah pasti merugikan dan sangat buruk efeknya bagi Kesehatan Fisik Dan Mental.

Meskipun demikian terkadang beberapa jenis obat masih dipakai dalam dunia kedokteran, namun hanya diberikan bagi pasien-pasien tertentu, bukan untuk dikonsumsi secara umum dan bebas oleh masyarakat.

Oleh karena itu obat dan narkotik yang disalahgunakan dapat menimbulkan berbagai akibat yang beraneka ragam.

Dampak Pengaruh Narkoba Bagi Kesehatan
Dampak Pengaruh Narkoba Bagi Kesehatan

Dampak Penyalahgunaan Narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.

Bahaya Dampak Penyalahgunaan narkoba bagi tubuh dan kesehatan manusia bahwa dalam hal ini secara umum akibat penggunaan narkotika ini akan memberikan dampak sebagai berikut :

Depresan
Dalam hal ini para pemakai akan tertidur atau tidak sadarkan diri.

Halusinogen
Dalam hal ini para pemakai akan berhalusinasi (melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada).

Stimulan
Akibat pengaruh stimulan pada narkotika dan obat-obatan terlarang bagi organ tubuh antara lain adalah mempercepat kerja organ tubuh seperti jantung dan otak sehingga pemakai merasa lebih bertenaga untuk sementara waktu. Karena organ tubuh terus dipaksa bekerja di luar batas normal, lama-lama saraf-sarafnya akan rusak dan bisa mengakibatkan kematian.

Adiktif (Kecanduan)
Dampak pengaruh negatif kepada para pemakai dalam hal ini adalah akan merasa ketagihan sehingga akan melakukan berbagai cara agar terus bisa mengonsumsinya. Jika pemakai tidak bisa mendapatkannya, tubuhnya akan ada pada kondisi kritis (sakaw).

Jumat, 05 Juni 2015

Menuju Polisi Humanis


Paradigma baru yang sedang dikembangkan Polri saat ini berorientasi kepada pemecahan masalah-masalah masyarakat (problem solver oriented), dengan berbasis pada potensi-potensi sumber daya lokal dan kedekatan dengan masyarakat yang lebih manusiawi (humanistic approach). Dengan paradigma baru ini diharapkan lahirnya polisi sipil yang humanis, terutama di jajaran Kepolisian. Seperti dikatakan Sir Robert Mark di era modern senjata polisi bukan lagi water canon, gas air mata ataupun peluru karet, melainkan simpati dari masyarakat. Terciptanya simpati masyarakat ini hanya bisa diraih dari keberadaan polisi yang humanis di berbagai lini kehidupan sosial masyarakat.
Bagaimana polisi humanis bisa lahir? Tiada cara lain selain jajaran kepolisian harus terus menerus hadir, hidup, dan merasakan denyut nadi kehidupan masyarakatnya. Dengan adanya interaksi yang terus menerus tersebut polisi makin bisa bersama-sama dengan masyarakat mencari jalan keluar atau menyelesaikan masalah sosial, terutama masalah keamanan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya interaksi yang terus menerus tersebut polisi akan bisa senantiasa berupaya untuk mengurangi rasa ketakutan masyarakat terhadap akan adanya gangguan kriminalitas.
Dengan adanya interaksi yang terus menerus itu polisi lebih bisa mengutamakan pencegahan kriminalitas (crime prevention). Dengan adanya interaksi yang terus menerus tersebut polisi lebih bisa berupaya meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Seperti kata Satjipto Rahardjo tugas utama aparat kepolisian tidak hanya untuk melawan kejahatan, lebih dari itu harus mampu mencari dan melenyapkan sumber kejahatan tersebut.
Dengan adanya interaksi yang terus menerus masyarakat akan merasakan bahwa polisi benar-benar sebagai sahabat sejatinya. Di Jepang misalnya, polisi benar-benar dianggap sebagai sahabat sejati masyarakat. Sikap-sikap humanis yang diterapkan jajaran kepolisian membuat masyarakat cenderung mematuhi perintah seorang anggota polisi. Akibatnya, bagi masyarakat Jepang ditangkap oleh polisi adalah pengalaman yang memalukan. Meskipun jarang sekali dari mereka yang tertangkap oleh polisi benar-benar dihukum. Sebab, polisi Jepang lebih bersikap sebagai juru rawat yang senantiasa mengayomi dan membimbing masyarakatnya. Polisi Jepang sendiri kerap melakukan kunjungan rutin ke rumah-rumah masyarakat yang berada di wilayah binaannya. Selain bersilaturahmi, para polisi itu juga menanyakan aktivitas pemilik rumah yang dikunjunginya.Interaksi yang humanis inilah yang menanamkan nilai-nilai persahabatan antara masyarakat dan polisi.
Di Indonesia konsep polisi yang humanis ini mulai disosialisasikan Mabes Polri. Aparat polisi lalulintas sebagai etalase Polri dijadikan contoh penjabaran konsep paradigma baru Polri. Diharapkan melalui keberadaan aparat kepolisian lalulintas (polantas) citra simpatik Polri terbangun. Saat ini Polri tengah berupaya mengubah citra petugas polantas di jalanan dari citra sebagai pengganggu menjadi pelayan dan sahabat pengguna jalan, dengan melakukan tindakan simpatik. Proyek percontohannya dilakukan secara berkala selama tiga bulan.
Pola kegiatan yang dilakukan adalah seluruh petugas polantas wajib melakukan tindakan pembinaan kepada masyarakat, dimana setiap menghentikan pelanggar lalulintas tidak dilakukan penindakan hukum (tilang), melainkan dengan peneguran dan peringatan kepada pelaku pelanggaran lalulintas (kecuali pelanggaran berbahaya). Kemudian petugas polantas wajib menghindari perdebatan dengan pelanggaran lalulintas di pinggir jalan. Tidak melakukan tindakan dan ucapan kasar serta tidak bersikap angkuh terhadap pengguna jalan,
Seluruh petugas polantas wajib memberi contoh kepatuhan terhadap peraturan lalulintas. Mereka wajib pula selalu bersikap bersahabat dan siap membantu pengguna jalan melalui senyum, sapa, dan salam.
Jadi, hadirnya polisi sipil yang humanis memang merupakan tuntutan zaman, jika aparat kepolisian tidak mau tertinggal dan tergilas zaman. Sebab polisi sipil yang humanis adalah salah satu dari cita-cita paradigma baru Polri. Paradigma baru ini memuat suatu nilai, sikap, dan prilaku yang menciptakan sindrom merawat serta kepedulian. Dengan kata lain, paradigma baru Polri mencerminkan karakteristik polisi sipil yang lebih cenderung caring the people dari pada use of force (Satjipto Rahardjo 2005). Dengan paradigma baru ini wajah kepolisian Indonesia diharapkan menjadi lebih humanis.
Sebenarnya, pada dasarnya hubungan polisi dengan masyarakat terbagi dalam tiga katagori (Parsudi Suparlan 2004).
Pertama, posisi seimbang atau setara. Artinya, polisi dan masyarakat menjadi mitra yang saling bekerja sama dalam rangka menyelesaikan berbagai masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat.
Kedua, posisi polisi yang menganggap masyarakat sebagai atasannya, sehingga berbagai kebutuhan rasa aman harus dipahami dan dipenuhi oleh polisi. Dalam hal ini polisi senantiasa berupaya untuk memahami masyarakat yang dilayaninya.
Ketiga, posisi polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat, sekaligus sebagai aparat penegak hukum yang dapat dipercaya.
Meskipun paradigma baru Polri menekankan aparat kepolisian harus tampil sebagai polisi sipil yang humanis, sesungguhnya salah satu dari tiga poin Tri Brata adalah pengejawantahan dari nilai-nilai polisi sipil yang humanis. Poin ketiga dari Tri Brata tersebut berbunyi "Polisi Indonesia senantiasa melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat dengan keikhlasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban", Hanya saja selama ini nilai-nilai humanis yang ditekankan Tri Brata itu selalu berhasil dikalahkan oleh nilai - nilai ekonomis, sehingga sering terjadi berbagai pengkaburan konsep kepolisian di negeri ini.
Untuk menjadi polisi sipil yang humanis ada tiga hal yang patut dilakukan oleh anggota polisi secara rutin, terus menerus, dan konsisten. Yaitu selalu bersikap empati, mau melayani sesama, dan selalu mampu mengendalikan emosi. Dalam situasi apapun dan dengan latar belakang apa pun seorang anggota polisi harus mampu berprilaku simpati, sehingga masyarakat selalu bisa merasa nyaman berada di dekatnya. Dengan adanya sikap simpati yang diberikan anggota polisi tersebut masyarakat akan merasakan bahwa polisi tersebut sesungguhnya sudah memberikan rasa empati kepada mereka. Empati berarti seorang polisi menempatkan dirinya pada posisi masyarakat. Dengan demikian, polisi itu bukan hanya memahami kebutuhan dan keinginan masyarakat tersebut, lebih dari itu ia mengenal lebih detil lagi tipe-tipe masyarakat yang berbeda, yang berada di wilayah tugasnya.
Secara jujur, imbalan yang diterima seorang polisi sesungguhnya tergantung pada pelayanan yang diberikannya kepada masyarakat. Jika nilai-nilai ini dipahami, setiap anggota polisi pasti selalu terobsesi untuk melayani masyarakat. Ia akan terus mencari cara-cara baru untuk melayani masyarakat secara lebih baik dari pada yang dilakukan sebelumnya. Sebab, inilah sesungguhnya nilai-nilai dasar dari filosofis Polri sebagai pelayan masyarakat. la akan selalu bertanya, apa sebenarnya yang dibutuhkan, diinginkan, dan diharapkan masyarakat? Apa yang dianggap bernilai oleh masyarakat? Pertanyaan ini menjadi penting karena polisi tersebut sangat menyadari bahwa masyarakat adalah komunitas yang menjadi tempatnya bergantung guna meraih sukses dalam pekerjaan.
Sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat masing-masing anggota kepolisian dituntut harus mampu mengendalikan emosinya, dalam situasi apapun. Jika tidak filosofis pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat yang diagung-agungkan Polri hanya akan menjadi isapan jempol belaka. Dalam nilai-nilai polisi sipil yang humanis, munculnya emosi negatif yang meledak-ledak di banyak kasus yang melibatkan anggota Polri adalah sebuah peringatan bahwa jajaran kepolisian agar segera mengubah persepsi (cara memandang) dan prosedur, tindakan maupun prilakunya.
Bagi kebanyakan orang, emosi sering dianggap sebagai respon spontan atas kejadian atau perbuatan orang lain terhadap kita. Namun bagi seorang anggota polisi yang sering mendapat didoktrin sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat, ia harus dapat menempatkan diri dalam suasana emosi yang tepat. Artinya, luapan emosi tersebut harus sepenuhnya berada dalam kendali dirinya. Tidak lepas kontrol. Jika gagal berarti anggota polisi itu gagal pula melaksanakan doktrin sebagai pelindung. pengayom, dan pelayan masyarakat. Berbagai kegagalan tersebut hanya akan membawa dampak bagi tidak terciptanya polisi sipil yang humanis, yang menjadi idaman masyarakat.

Dit Res Narkoba Polda NTT kembali menangkap bandar shabu

Penyidik Dit Res Narkoba Polda NTT kembali membekuk pelaku pemilik dan pengedar narkoba jenis shabu-shabu.
Ketiga pelaku ini dibekuk di Kota Kupang dan di Jakarta sejak akhir pekan lalu.
Kamis (4/6) pagi, polisi dipimpin AKBP Albert Neno, SH membawa tiga tersangka dari Jakarta ke Kupang.
Tiga tersangka terdiri dari seorang pria dan dua orang perempuan didatangkan dengan Batik Air, tiba di bandara El Tari Kupang sekitar pukul 06.20 wita.
Ketiga tersangka masing-masing YK alias CL asal Betun Belu dan merupakan keturunan Cina.
Sementara dua tersangka perempuan yakni AW, wanita berdarah Cina asal Bangka Belitung dan Y, wanita Cina asal Kalimantan.
Penangkapan di Jakarta dipimpin AKBP Albert Neno, SH dan tiga orang anggotanya masing-masing Briptu Rissa Malelak, Brigpol Ronaldo Kediaman dan Briptu Hangri Raja Tuka.
Selain menangkap dan membawa tiga tersangka, polisi mengamankan barang bukti enam gram narkoba jenis shabu-shabu.
Pekan lalu, polisi membekuk CL di Royal Hotel Kelurahan Oesapa Barat Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.
Dalam penangkapan yang dipimpin AKBP Albert Neno, SH, polisi mendapati CL baru selesai mengkonsumsi shabu-shabu.
Polisi mengamankan barang bukti berupa bong alat hisap dan sisa shabu yang dibuang CL.
Polisi kemudian menggeledah kamar kost milik CL di dekat rumah jabatan gubernur NTT di Kelurahan Oebobo Kecamatan Oebobo. Di kost CL ini ditemukan satu paket shabu-shabu.
YK alias CL mengaku mendapatkan barang bukti dari tersangka AW dan Y sehingga polisi harus terbang ke Jakarta menelusuri jaringan tersebut.
Di Hotel Mira kawasan Mangga Dua Jakarta, polisi menangkap tersangka AW yang saat itu melakukan traksaksi. Polisi berhasil mengamankan barang bukti dua paket shabu-shabu masing-masing diamankan dari tangan AW satu paket dan satu paket lainnya diamankan di kost milik AW di Jalan Rajawali Jakarta Pusat.
Di kost milik AW, selain mengamankan barang bukti, polisi juga membekuk rekan AW yakni Y.
Dari hasil penelusuran polisi, Angelina biasa menjual shabu-shabu per paket seberat satu gram Rp 1,2 juta.
Sementara tersangka Y mematok harga Rp 1,5 juta per paket seberat satu gram.
Tersangka AW dan Y merupakan jaringan yang biasa datang ke Kupang memasok shabu-shabu.

 Hasil pengembangan
Terpisah, Kapolda NTT, Brigjen Pol Drs Endang Sunjaya, SH MH yang ditemui di bandara El Tari Penfui Kupang kemarin pagi mengakui kalau penangkapan tersebut merupakan hasil pengembangan.
"Ini (penangkapan) merupakan pengembangan dari kasus yang ditangani di Kupang," tandas Jenderal bintang satu ini.
Ketiga tersangka juga merupakan salah satu sindikat pemasok shabu-shabu di Kota Kupang yang sudah berjalan beberapa tahun. di bandara El Tari Penfui kemarin pagi, ketiga tersangka turun dari pesawat Batik Air setelah seluruh penumpang turun.
Ketiganya mengenakan penutup wajah dan digiring anggota Dit Resnarkoba Polda NTT menaiki kendaraan dan selanjutnya dibawa ke Mapolda NTT.
Tersangka AW membawa serta anaknya yang masih Balita dan beralasan tidak ada yang merawat di Jakarta. Hingga saat ini ketiga tersangka diamankan dalam sel Polda NTT sambil menunggu proses lebih lanjut.

Polisi Gelar Operasi Patuh

  Menjelang bulan Ramadhan 1435 Hijriah atau Tahun 2015 Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur menggelar Operasi Patuh. Operasi itu dilakukan dengan titik berat pada keselamatan berlalu lintas.
  Gelar Pasukan Operasi Patuh itu berlangsung dilapangan Polda NTT pada tanggal 27 - 5 - 2015 yang juga  diikuti dari beberapa satuan samping antara lain dari TNI dan dari Dinas Perhubungan NTT. Sambutan Kapolda NTT yang dibacakan oleh Karoops Polda NTT mengatakan bahwa kondisi masalah lalu lintas semakin kompleks , ini terjadi karena semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan populasi penduduk yang semakin banyak dan pasti akan memerlukan alat mobilitas yang semakin banyak pula.
 Operasi Patuh ini merupakan operasi tahunan yang digelar setiap kali menjelang Bulan Ramadhan yang tujuannya yaitu untuk menciptakan situasi keamanan , ketertiban dan kelancaran berlalu lintas yang mantap dan kondusif. Pelanggaran lalu lintas yang berakibat fatal dan kecelakaan massal perlu diminimalisir.
  Kapolda NTT juga berharap agar aparat Kepolisian melaksanakan penegakan hukum lalu lintas secara simpatik dan profesional , melaksanakan kegiatan penjagaan , pengaturan, pengawalan dan patroli lalu lintas dilokasi rawan pelanggaran sebagai upaya memberikan rasa aman bagi masyarakat pengguna jalan.   


Selasa, 02 Juni 2015

AWAS !!! Gerakan ISIS Sudah Ada Di Indonesia

Polisi sudah mengetahui bahwa gerakan ISIS sudah ada di Indonesia. Namun sejauh ini, gerakan tersebut belum melakukan gerakan dengan menggunakan senjata. Alasannya, mereka masih fokus untuk ikut perang di daerah di Irak atau Suriah.
Kabag Penum Polri Kombes Rikawanto mengungkapkan bahwa di gerakan ISIS sudah ada di Indonesia. Terdapat kelompok yang terafiliasi dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Namun sejauh ini, polisi belum menemukan gerakan itu memasuki gerakan berbasis senjata seperti yang dilakukan anggota lainnya di negara Irak atau Suriah.
“Sampai saat ini belum kita temukan. Fokusnya sampai saat ini masih perang di sana,” ungkap Kombes Rikwanto, 
Selain itu ia menambahkan, kecenderungan warga Indonesia bergabung dengan ISIS memang ada. Hingga saat ini, sudah ada puluhan WNI yang bergabung dengan jaringan teroris tersebut. Dan, indikasi tersebut sudah terdeteksi oleh kepolisian.
Menurutnya, motif WNI yang hendak bergabung dengan ISIS ini beragam. Sebagian orang, mereka bergabung dengan ISIS karena keyakinan yang dipercayai, mengikuti orang yang telah lebih dulu gabung ISIS, iming-iming gaji besar, dan lainnya. Tapi dugaan ini, kata Rikwanto, masih perlu didalami.
Di internet juga banyak propaganda anggota ISIS yang disampaikan WNI mengajak WNI lainnya untuk bergabung. Tapi menurut Rikwanto, ajakan yang disampaikan lewat internet tersebut hanya sebagian kecil. Polisi akan terus menyelidiki pihak-pihak yang mengajak berafiliasi dengan ISIS. Tapi yang pasti, gerakan ISIS sudah ada di Indonesia!

Minggu, 31 Mei 2015

Sejarah Terbentuknya Polda NTT

“Jangan jadikan senjata sebagai wibawa tapi gunakan wibawa sebagai senjata.”
Kalimat bijak diatas mengajak seluruh anggota Kepolisian Negara RI (Polri) untuk menjadi polisi yang meliliki wibawa yang dapat digunakan sebagai senjata dalam melaksanakan tugas – tugas kepolisian. Dalam hal ini kewibawaan merupakan faktor utama. Kewibawaan dengan sendirinnya akan melekat didalam diri seorang polisi bila ia berplrilaku sebagai polisi dan sebagai anggota masyarakat yang baik.

Sejak bergulirnya era reformasi, kewibawaan polisi merupakan hal yang sulit diperoleh. Sikap arogan polisi pada masa Orde Baru menjadi pokok masalah. Tuduhan, kritikan, dan keluhanyang dilontarkan masyarakat datang bertubi – tubi. Yang dipersoalkan adalah kinerja polisi.Menghadapi kenyataan ini, berbagai upaya untuk berbenah diri telah dilakukan, termasuk mengubah pola militeristik polri dan menerapkan paradigma baru Polri : dari sebagai penguasa
menjadi pelayan masyarakat.

Era reformasi membawa perubahan hampir disegala bidang. Dan pada masa globalisasi ini perubahan pada satu sektor akan berdampak pada sektor lain. Perubahan yang terjadi pada satu tempat membawa dampak perubahan di tempat lain termasuk di Nusa Tenggara Timur. Perubahan pertumbuhan penduduk dan laju pembangunan di NTT akan di ikuti dengan meningkatnya ancaman dan gangguan kamtibmas. Untuk itu, kepolisian daerah NTT (Polda NTT), sebagai institusi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap berbagai permasalahan kamtibmas harus pula mengikuti perubahan yang terjadi. Pembinaan terhadap personil dan materil harus dilaksanakan. Kemampuan dan keterapilan harus ditingkatkan dan tidak kalah pentingnya adalah penggunaan Iptek yang harus diperdayakan.

Berbicara tentang perubahan, institusi kepolisian di NTT yang sekarang tingkatannya adalah polda tipe ‘B’ tidak serta merta ada, tetapi melalui proses sejarah yang panjang.Untuk menelusuri sejarah terbentuknya Polda NTT adalah tidak mudah. Terbatasnya data dan sulitnya memperoleh dokumen menjadi kendala utama. Meskipun demikian, kami tetap berupaya keras agar sejarah terbebtuknya Polda NTT dapat dibekukan. Naskah singkat dan sederhana yang kami sajikan ini barulah langkah awal. Harapan kami, pekerjaan ini dapat diteruskan dan diselesaikan walaupun membutuhkan waktu dan tenaga. Organisasi penulisannaskah ini disusun secara kronoligis, yaitu berdasarkan urut – urutan waktu. Dan kami memulainya dari masa setelah proklamasi dimana pada masa itu lahir cikal bakal Polri.

SETELAH PROKLAMASI ( 1945 – 1950 )
Berita proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, tidak sampai ke NTT. Berita proklamasi secara jelas baru diketahui pada tanggal 11 September 1945. Namun, runtuhnya kekuasaan jepang di NTT tidak memberi kesempatan bagi tumbunya kekuatan militer di NTT, sebab pada saat itu pada bulan september NICA telah masuk NTT dan dengan cepat pemerintahan Belanda mengambil ahli kekuasaan dari pemerintahan jepang.

Dengan berakhirnya masa pendudukan  militer Jepang, secara otomatis lembaga kepolisian bentukan Jepang pada saat itu – Keisatsutai (polisi) dan Tokubetsu Keisatsutai (poisi istimewa) dibubarkan. Selanjutnya pemerintah Belanda membentuk lembaga kepolisisan bernama Kepolisian Daerah untuk tiap – tiap Keresidenan. Untuk Keresidenan Timor dibentuklah Kepolisian Daerah Timor yang berkantor di Bakunase. Anggotanya terdiri dari para bekas KNIL dan hasil rekrut dari polisi Holandia di Irian dan dari sekolah polisi Sulawesi dan Sukabumi.

Pada masa pendudukan Belanda, sistim pemrintah di NTT dikembalikan pada struktur  pemerintahan penjajahan Belanda sebelum Jepang masuk. Pada masa itu NTT hanya berbentuk Keresidenan yang bernama Keresidenan Timor. Keresidenan Timor membawahi tiga Afdeeling yaitu Afdeeling Timor dan kepulauannya (berkedudukan  di Kupang), Afdeeling Flores (berkedudukan di Ende), Afdeeling Sumba (berkedudukan di Waingapu).  Pusat keresidenan berada di Kupang berada dibawah pimpinan seorang Residen.

Berdasarkan ketetapan yang dirumuskan dalam suatu konferensi di Denpasar (24 Desember 1946), dibentukalah negara Indonesia Timur (NIT) pada tahun 1947 yang terdiri dari 14 daerah di Indonesia bagian Timur :Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Timor, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Minahasa, Sangihe – talaud, Maluku Utara, Maluku Selatan dan Irian barat.
Pada tahun 1947 dan 1948 Belanda melakukan serangan umum terhadapa wilayah RI. Tujuannya adlah merebut daerah – daerah yang masih dikuasai oleh RI. Serangan umum yang dilancarkan Belanda ini dikenal dengan nama Agresi militer I (21 Juli 1947) dan Agresi militer II (19 Desember 1948). Dua Agresi militer Belanda terhadap RI saat itu tidak membawa dampak apa – apa terhadap NIT khususnya terhadap kesatuan keopolisian di Keresidenan Timor. Pada masa itu, Keresidenan Timor dan seluruh wilayah NIT sudah berada dibawah pemerintahan

MASA RIS
Pada tanggal 27 Desember 1949 Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI) diubah menjadi Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada masa itu NIT menjadi bagian RIS. Dengan adanya   pemerintahan  RIS  di  satu  pihak  dan  pemerintahan Negara bagian di lain pihak, maka terdapat pula dua lembaga kepolisian yaitu Polisi RIS dan Polisi Negara Bagian. Dan di NIT lembaga kepolisiannya adalah Polisi Negara Indonesia Timor. Pada masa RIS , Kepolisian Daerah Timor dibawahi oleh Jawatan Kepolisian Negara Indonesia Timor.

KP Kom NTT
Setelah kembali menjadi NKRI, tahun 1950, Negara Indonesia Timor ditiadakan. Pada tahun 1951 Keresidenan Timor dan beberapa daerah lain yakni Bali, Lombok, Sumbawa, dan Sumba membentuk propinsi Sunda Kecil dengan lembaga Kepolisian Propinsi Sunda Kecil yang berkeduduksn di Singaraja Bali. Kepolisian Provinsi Sunda Kecil membawahi kepolisian daerah Bali, kepolisian daerah Lombok, keoplisian daerah Sumbawa dan Sumba, kepolisian daerah flores dan kepolisian daerah Timor. Dan sebagai Kepala Kepolisian Daerah Timor yang pertama dijabat oleh Komisaris Polisi Kelas II Titus Uly (1951-1952).

Pada tahun 1952, lembaga kepolisian diwilayah ini diubah menjadi KP Kom NTT (Kantor Kepolisian Komisariat). Sebagai pejabat pertama yang memimpin KP Kom NTT adalah Komisaris Polisi Kelas I Moerhadi Danu Wilogo (1952-1955). Belum lama Wilogo menjabat sebagai KP Kom NTT. Kepemimpinan NTT diteruskan oleh Komisaris Polisi Ida Bagus Mahadewa (1955-1957). Dan sejak tahun 1957 s.d 1961 KP Kom dijabat oleh Komisaris Besar Polisi W.Roesman.

Berkenaan dengan suhu politik Nasional yang saat itu sedang memanas, kebutuhan adanya kesatuan pemukul Mobrig (sekarang disebut Brimob) mulai dirasakan. Oleh karna itu pada tanggal 11 Juni 1951 dibentuklah 1 Peleton (saat itu satuan Peleton disebut Seksi) Mobrig cadangan Timor yang menginduk pada Kompi 5214 Denpasar. Peleton cadangan Timor ini dipimpin oleh Komandan Peleton (Danton yang bernama Inspektur Polisi Kelas II D.Endun (1951-1954).

Pada awal dibentuknya Peleton Mobrig ini terdiri dari 65 orang personil kedudukannya dikantor Kepolisian Daerah Timor Kupang. Baru pada tahun 1954 mulai dibangun markas Mobrig di Pasir Panjang. Pada saat pembangunan markas Mobrig ini, Peleton cadangan Timor di komandani oleh Inspektur Polisi Kelas II Abdul Rajak (1954-1960).
Pada tahun 1956, Peleton Mobirg pada saat itu sudah berganti nama dengan Peleton 5486, dikirim keaceh untuk melaksanakan  operasi penumpasan DI / TII. Pada tahun 1958, sejalan dengan pembentukan provinsi NTT dan perubahan nama lembaga kepolisian di NTT, Peleton 5486 dikembangkan menjasi kesatuan setingkat kompi, yaitu Kompi 5486. Selanjutnya, tahun 1960 Kompi 5486 berubah menjadi Kompi B Yon 414. Sebagai komandan kompinya (Danki) adalah Inspektur Polisi Kelas II J.Sampe.

Antara tahun 1958 s.d 1961, KP Kom NTT belum memiliki Rumah Sakit. Pada saat itu pelayanan kesehatan untuk anggota Polri dilakukan dengan rawat jalan yang dilayani oleh sebuah poliklinik sederhana bertempat di Kesatrian Lasikode. Baru pada tanggal 3 Juli

1967 diresmikan sebuah bagunan Rumah Sakit yang diberi nama Rumah Sakit Bayangkara (RSB). Gedung  RSB yang hingga kini masih berdiri ini, dulunya adalah bekas gedung telekomunikasi. (berikut ini adalah nama-nama dokter yang pernah menjabat sebagai Kepala RSB : Komisaris TK II Dr.Widodo Darmohusodo, Mayor Pol. Dr. Hanjaya Tedjasudana, Mayor pol.Dr. I Gede Saputra, Kapten Pol. Dr. Agus Mulyono, Kapten Pol. Dr. Sugeng Prapto, Lettu pol. Dr. Priyo Sunarto, AKP. Dr.Hadi Sulistyanto, Kom.Pol. Dr. Rusdianto). Sejak terbentuknya Polda NTT, RSB merupakan dinas kedokteran dan kesehatan (Dis Dokkes) yang dipimpin oleh seorang kepala atau Kadis Dokkes yaitu AKBP. Dr. Agus Sriyono.
Untuk menanggulangi kebutuhan jumlah personil  Polri NTT yang saat itu masih sangat sedikit, pada tahun 1960 di dirikanlah Sekolah Kepolisian yang berkedudukan di Kupang. Dalam masa perkembangannya, Sekolah Kepolisian di NTT ini mengalami beberapa kali perubahan nama. Pada awal berdirinya, Sekolah Polisi di NTT bernama SPN (Sekolah Kepolisian Negara) Kupang. Tahun 1961 diubah namaya menjadi SAK (Sekolah Angkatan Kepolisian). Tahun 1965 SAK diubah menjadi DEPLAT – 017 (Depo Pendidikan dan Pelatihan). Tahun 1974, DEPLAT-017 diubah menjadi DODIKLAT 15-3 Kupang. Tahun 1980 berubah lagi menjadi DODIKLAT 011-2 Kupang. Tahun 1985 (sampai sekarang) nama DODIKLAT 011-2 diubah lagi dan kembali menggunakan nama SPN Kupang. Sebagai Kepala atau Ka SPN terakhir, sekarang dijabat oleh  AKBP.Drs. Kurnia Suratno S. (berikut ini adalah nama-nama yang pernah menjabat sebagai Ka SPN Kupang : AKBP Drs.Rej Sahelangi, AKBP R.Toekirman, Kom.Pol. Drs T.W.Daeng, Letkol.Pol. Drs I Wayan Negara, Mayor Pol. N.A.Sodakh,BA, Letkol Pol. Drs Koentjoro D, Letkol Pol. Drs. R.Mardjatmo, Letkol Pol. P.L.Gasperz, Letkol Pol. Soegiman TD, Letkol Pol. D.U.Sitohang, Smik, Letkol Pol. Drs.FX.Ahmad,SH., Letkol Pol. Samuel Lukas,Smik, Letkol Pol. Drs. Djoko Poerwono, dan terakhir AKBP. Drs. Kurnia Suratno S).

KOMDAK XVII NTT
Pada tahun 1961 Kp Kom NTT diubah menjadi Komando Daerah Kepolisian atau Komdak XVII NTT. Sebagai Panglima Daerah Kepolisian (PANGDAK) yang pertama dijabat oleh Komisaris Besar Polisi Drs.R.Ostenriyk Tjitrosunarjo (1961-1963). Selanjutnya jabatan PANGDAK dipegang oleh Kombes Pol. Drs. Goebada (1963-1965). Kepemimpinan Komdak XVII dilanjutkan oleh Kombes Pol. Drs R.Hardono (1965-1968) yang saat itu sekaligus menjabat sebagai Papelrada (Panglima Pengawas Pelaksana Pengendali Daerah). Jabatan Papelrada ini dijabat oleh Hardono sehubungan dengan terjadinya peristiwa G 30 S PKI (1965).

Pada tahun 1967, Hardono digantikan oleh Kombes Pol. Drs Soehasono (1968-1972). Selanjutnyanpimpinan Komdak XVII NTT ditutup oleh Pangdak Kombes Pol. Drs. Husein Ganda Subrata (1972-1974).

Pada tahun 1961 Kompi Mobrig 5486, dibawah pimpinan Danki Inspektur Polisi Kelas II J.Sampe, dikirim ke Palopo – Sulawesi Selatan untuk melaksanakan operasi penumpasan pemberontakan Kahar Muzakar.  Pada tahun 1962 Mobrig (Mobile Brigade) diubah menjadi Brimob (Brigade Mobile).

Pada tahun 1965 s.d 1966 dibawah komando Pangdak Kombes Pol. Drs Hardono yang saat itu juga menjabat sebagai  Papelrada Anggota Komando Daerah Kepolisian NTT termasuk Kompi Brimob yang Dankinya saat itu adalah Kapten Pol. P.L.Gasprez (1965-1974) turut aktif melaksakan operasi penumpasan terhadap pemberontakan G 30 S PKI di NTT.

KOMTARRES NTT
Pada tahun 1974 Komdak XVII NTT dilebur lagi bersama dengan Kmdak XVI Lombok kedalam Komdak XV Bali. Yang berkedudukan di Denpasar . Validasi tiga Komdak di NTT,NTB dan Bali menjadi satu yaitu Komdak XV ini diikuti dengan  perubahan kesatuan dibawahnya yaitu Komdak XVII NTT yang diubah namanya menjadi Komtarres NTT (Komando Antar Resort NTT). Komtarres NTT dipimpin oleh pejabat yang disebit Dantarres. Dantarres pertama adalah Kolonel Pol. Leatemea (1974-1976).
Sejalan dengan perubahan Komdak XVII menjadi Komtarres NTT yang menginduk kepada Komdak XV (Bali), terjadi penyesuaian dalam tubuh Brimob. Kompi Brimob yang saat itu bernama Kompi B Yon 414 diubah namanya menjadi Kompi Dak XV-34 Kupang. Sebagai Dnkinya dijabat oleh Kapten Pol. Utomo (1974-1977).
Apada masa menjelang TIM TIM berintegrasi masuk menjadi NKRI, jajaran Kepolisian Komtarres NTT, termasuk Kompi Dak XV – 34 Kupang ikut andil dalam mengamankan wilayah perbatasan Timor Timur – Timor Barat. (Berikut adalah nama-nama yang pernah menjabat sebagai Komandan Kompi Dak XV – 34 Kupang : Kapten Pol. Utomo, Lettu pol.Sudaryanto, Lettu Pol.Khaidir Salim, Letda Pol.Beku Diaz, Lettu Pol. I Made Ritik, Lettu Pol. Irwanto, Lettu Pol.Setiyo Budi, Lettu Pol. Prio Munjinat, Lettu Pol.Abdul Fitri, Lettu Pol.Beni Rudy, dan Kapten Pol.Geradus Bata Besu.)

KOWIL 112 NTT
Perubahan bentuk dari Komtarres menjadi Kowil 112 NTT terjadi pada tahun 1976, yakni berkaitan dengan terjadinya perubahan dari Komdak XV yang berkedudukan di Denpasar berubah statusnya menjadi Polda Nusa Tenggara yang kedudukannya tetap di Denpasar. Pejabat yang memimpinnya disebut Danwil. Sebagai Danwil pertama adalah Kolonel Polisi Drs.FX.Judhomo (1976-1978). Kepemimpinan Kowil NTT selanjutnya dijabat oleh Kolonel Polisi FX. Soejodono (1978-1981) dan dari tahun 1981 s.d 1985, Kowil 112 NTT dipimpin oleh Pol.Drs. Suherman.

POLWIL NTT
Pada tahun 1985, Kowil 112 NTT diubah namanya menjadi POLWIL NTT  pejabat yang memimpinnya disebut Kapolwil. Selama masa orientasi Polwil (1985-1996) telah terjadi enam kali pergantian Kapolwil berikut adalah nama Kapolwil yang pernah menjabat Polda NTT setelah Muhamad Zein. Mereka adalah Kol Pol. Drs. Yusar Hasan (1986-1988), Kol Pol. Drs. FX. Sutopo (1988-1990), Kol Pol. Drs. I Made Dharta (1990-1992), Kol Pol. Drs.Feri Mailensun (1992-1994), Kol Pol. Drs. FX.Luntungan (1994-1995) dan Kol Pol. Drs. Trimada Dhani (1995-1996).

POLDA NTT
Pada tahun 1996, tepatnya tanggal 26 September Polda Nusra dilikuidasi menjadi empat Polda yaitu Polda Bali, Polda NTB, Polda NTT, dan Polda Tim Tim. Dengan adanya likuidasi Polda Nusra maka lembaga Kepolisian di NTT terjadi perubahan status dari Polwil menjadi Polda tipe C. Sebagai Kapolda pertama dijabat oleh mantan Kapolwil NTT yaitu Kol Pol. Drs. Trimada Dhani.
Trimada Dhani menjabat sebagai Kapolda NTT selama satu tahun yakni dari bulan September 1996 s.d Agustus 1997. Selanjutnya tongkat kepemimpinan Polda diteruska oleh Kol Pol. Drs. Sawal Hariyadi (Agustus 1997- April 1998), Kol Pol.Drs.Engkesman R.Hilep (April 1998-Februari 1999), dan terakhir dijabat oleh Kol Pol. Jusuf Sudradjat,S.sos (Februari 1999- Juni 2000.
Setahun setelah TimTim lepas dari NKRI (Agustus 1999), tepatnya pada bulan Oktober 2000 Polda yang saat itu bertipe ‘C’ dinaikan statusnya menjadi ‘B’. Sejalan dengan peningkatan status ini kepangkatan Kapolda dari Kolonel menjadi Brigadir Jendral. Dengan demikian Kapolda saat itu yaitu Kolonel Polisi Jusuf Sudradjat yang saat itu berpangkat Kolonel dinaikkan pangkatnya satu tingkat menjadi Brigadir Jendral.
Belum genap setahun menjabat sebagai Kapolda NTT bertipe ‘B’ Jusuf Sudradjat digantikan oleh Brig Pol. Drs. John Lalo,Msc.  (Juni 2000 – Oktober 2000) selanjutnya tongkat kepemimpinan Polda NTT dipegang oleh Brig Pol. Drs. Made M. Pastika (Oktober 2000 – Januari 2001. Kemudian dari bulan Januari 2001 tepatnya tanggal 23 Januari 2001 sampai sekarang kepemimpinan Polda NTT dijabat oleh Brigjen Pol. Drs. Y.Jacki Uly.
Mengikuti perubahan yang terjadi , yaitu likuidasi Polda Nusra dan terbentuknya Polda NTT, pada tahun 1997 Kompi Brimob dikembangkan statusnya menjadi Sat Brimob yang membawahi empat Kompi. Sebagai komandan yang satunya dijabat oleh Mayor Pol. Drs. Budi Astomo (1997 – 1998). Pada tahun 1998 s.d 1999, Sat Brimob dikomandani oleh PLH yakni Letnan Kolonel Polisi Drs. Ismail Ernawi (Kadit Samapta). Selanjutnya Wadansat Brimob saat itu, Mayor Pol.Drs. Moch Badrun naik menggantikan Ernawi. Setelah Moch Badrun, jabatan Dansat Brimob dipegang oleh mayor Pol. Bimo Geru Dhahono (1999-2000).
Berkaitan dengan perubahan status Polda NTT dari tipe C ke tipe B pada tahun 2000 Sar Brimob dikembangkan menjadi 2 Batalyon (membawahi 10 kompi) yaitu Batalyon A berkedudukan di Kupang dan Batalyon B berkedudukan  di Maumere. Sebagai Dansatnya adalah AKBP Pol. Drs. FX. ABD Rakhman Baso.



Perubahan status lembaga kepolisian NTT dari Polwil menjadi Polda tipe C kemudian berkembang lagi menjadi tipe B didasarkan pada pertimbangan atas meningkatnya ancaman dan gangguan kamtibmas sebagai dampak ikutan dari laju pembangunan.
Untuk mengantisipasi permasalahan kamtibmas di wilayah perairan Polda NTT, dibentuklah Sat Polairud pada bulan september 1997. Pada saat itu, Sat Polairud di bawah Direktorat Samapta Polda NTT. Dan sebagai Kepala Kesatuannya (Kasat) adalah Kapten Pol. Simon Pais. Kaoplda NTT saat  itu,  Brigjen  Pol.  Jusuf  Sudradjat,S.Sos   meresmikan  Mako

Polairud   yang   terletak  di Pasir Panjang. Sebagai Dansatnya adalah Letnan Kolonel Polisi E.D. Kalumbang (Maret 2000 – Desember 2000). Kemudian sejak bulan April 2001 sampai sekarang, Komandan Sat Polairud dijabat Oleh AKBP Oktavianus Pah.

Perubahan status Polda dari tipe C menjadi tipe menjadi tipe B merupakan pekerjaan yang cukup berat mengingat sangat terbatasnya sumber daya yang ada. Dengan demikian, hal ini harus dilaksanakan secara bertahap untuk penuntasannya. Pembentukan Polda NTT sudah barang tentu akan menuntut berbagai kesiapan dan perencanaan yang akurat dan berlanjut, baik yang menyangkut aspek personil maupun aspek material dan fasilitas lainnya seperti kantor, perumahan, kendaraan, dan sarana komunikasi yang dapat menunjang pelaksanaan tugas – tugas Kepolisian.


Nama Pejabat Yang Pernah Menjabat Sebagai Pimpinan Polri di NTT

No       NAMA            PANGKAT     KETERANGAN        PERIODE
1          Titus Uly         Kom pol TK II            Kepala Polisi Daerah Timor    1951 - 1952
2          Drs Moerhadi Danoewilogo   Kom pol TK I Kepala Polisi Komisariat NTT 1952 - 1955
3          Ida Bagus Mahadewa Kom Pol TK II            Pj. Kepala Polisi Komisariat NTT 1955 - 1957
4          W. Roesman    Kombes Pol     Pj. Kepala Polisi Komisariat NTT       1957 - 1961
5          Drs. R. Oostenrijk Tjitro Soenarjo      Kombes Pol     Pangdak XVII NTT    1961 – 1963
6          Drs. Goerbada Kombes Pol     Pangdak XVII NTT    1963 - 1965
7          Drs. R. Hardono         Kombes Pol     Pangdak XVII NTT    1965 – 1969
8          Drs. R. Soeharsono     Kombes Pol     Kadapol XVII NTT    1969 – 1972
9          Drs. Husein Gnda Subrata      Kolonel Polisi  Kadapol XVII NTT    1972 – 1974

No       NAMA                       PANGKAT        KETERANGAN           PERIODE
10        Leatimea                    Kolonel Polisi  Dantares NTT 1974 – 1976
11        Drs. FX. Judhono       Kolonel Polisi  Danwil NTT    1976 – 1978
12        Drs. Soejoedono         Kolonel Polisi  Danwil NTT    1978 – 1981
13        Seherman                  Kolonel Polisi  Kapolwil NTT 1981 – 1985
14        Drs. Muhanad Zein     Kolonel Polisi  Kapolwil NTT 1985 – 1986
15        Drs. Yusar Hasan        Kolonel Polisi  Kapolwil NTT 1986 – 1988
16        Drs. F .X. Soetopo      Kolonel Polisi  Kapolwil NTT 1988 – 1990
17        Drs. I Made Dartha     Kolonel Polisi  Kapolwil NTT 1990 – 1992
18        Drs. F. Mailesun          Kolonel Polisi  Kapolwil NTT 1992 – 1994
19        Drs. F.X. Luntungan   Kolonel Polisi  Kapolwil NTT 1994 – 1995
20        Drs. Tri Mada Dani     Kolonel Polisi  Kapolwil NTT / Kapolda NTT            1995 – 1997
21        Drs. Syawal Hariadi    Kolonel Polisi  Kapolda NTT  1997 – 1998
22        Drs. Engkesman          Kolonel Polisi  Kapolda NTT  1998 – 1999
23        Jusuf Sudrajdat,S.Sos.  Kol Polisi / Brigjen Polisi       Kapolda NTT  1999 - 2000
24        Drs. John Lalo,Msc     Brigjen Polisi   Kapolda NTT  2000 – 2000
25        Drs. Made M. Pastika Brigjen Polisi   Kapolda NTT  2000 – 2001
26        Drs. Y. Jacki Uly        Brigjen Polisi   Kapolda NTT  2001 - 2002
27        Drs. E. Aritonang,MM            Brigjen Polisi   Kapolda NTT  2002 – 2005
28        Drs.R. B. Sadarum.SH           Brigjen Polisi   Kapolda NTT  2005 – 2008
29        Drs. A Bambang Suedi,MM.Mh        Brigjen Polisi   Kapolda NTT  2008 – 2010
30        Drs. Yorry Yance Worang      Brigjen Polisi   Kapolda NTT  2010 - 2011
31        Drs. Ricky Sitohang,SH         Brigjen Polisi   Kapolda NTT  2011 - 2013
32        Drs. Ketut Untung Yoga         Brigjen Polisi   Kapolda NTT  2013 - 2014
33        Drs. Endang Sunjaya,SH.MH   Brigjen Polisi   Kapolda NTT 2014 - sekarang